Terinspirasi dari Abu Syauqi
Suatu hari aku pernah ditanya, “Lin, perempuan yang bercadar itu wajahnya normal gak? Ada yang ditutup-tutupi (baca: cacat di wajah) gak sih?” Mendapat pertanyaan ini rasanya semacam tersengat listrik.
Pasalnya, perempuan-perempuan bercadar yang aku kenal itu mayoritas memilih bercadar dengan penuh perjuangan dan setelah mendapat referensi panjang soal cadar. Mereka mayoritas mendapat penentangan dari keluarga dan harus berjuang dalam waktu yang taksebentar untuk memahamkan keluarga.
Lantas, perjuangan yang “berdarah-darah” itu hanya ditimpali dengan pertanyaan macam demikian?? Aku langsung menjawab, “Pemahamanmu soal cadar dengan pemahaman perempuan-perempuan yang memutusakan untuk bercadar jelas berbeda.
Yang aku tahu, semua wajah temanku yang bercadar cantik dan normal. Mereka bercadar karena keimanan bukan karena menutupi kekurangan yang ada pada wajah.” Kejadian ini membuatku bertanya-tanya, “apakah aksesoris kebanggaan lelaki adalah perempuan (baca: istri) cantik?” Padahal, bukankan perhiasan yang paling indah di dunia hanya istri shalihah?!
Agama Adalah Kehormatan
Sepenting itukah kecantikan wajah bagi seorang laki-laki? Aku jadi ingat bagaimana Rasulullah Saw bercerita tentang kehormatan perempuan ketika dipilih menjadi pasangan hidup,
Abu Hurairah Ra berkata bahwa, Rasulullah Saw bersabda “Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu: harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat beragama, engkau akan berbahagia.” (HR Bukhari dan Muslim).
Dipilih menjadi pasangan hidup karena keindahan agama lebih terhormat bagi perempuan ketimbang dipilih karena tiga kriteria sebelumnya, sesederhana apapun kondisi keimanan perempuan tersebut. Maka, perempuan beriman akan sangat mudah menolak lelaki yang memilihnya karena alasan kecantikan. Mengapa? Karena saat itu, ia sedang dihinakan secara terang-terangan.
Aksesoris Kebanggaan Perempuan
“Dunia ini penuh perhiasan dan perhiasan paling indah ialah perempuan shalihah.” (HR Muslim).
Penjelasan tentang istri shalihah ini secara ringkas disampaikan Allah Swt kepada Rasulullah Saw dalam Al Quran,
“Jika nabi menceraikan kamu, boleh jadi Allah Swt akan memberikan istri-istri yang lebih baik dari kamu, Perempuan yang patuh, beriman, taat, ahli taubat, ahli ibadah, ahli puasa, baik janda ataupun perawan,” (QS At Tahrim[66]:5).
Ayat tersebut adalah peringatan Allah Swt kepada istri-istri nabi yang membocorkan rahasia suaminya. Allah Swt menegur dengan “ancaman” perceraian. Dalam ayat tersebut disampaikan ciri-ciri perempuan yang lebih baik dari istri-istri nabi (Hafshah).
Ayat ini secara tidak langsung menyebutkan bahwa perempuan manapun bisa sama atau lebih baik dari istri nabi asalkan patuh, beriman, taat, ahli taubat, ahli ibadah, ahli puasa. Tidak disebutkan sedikitpun kecantikan dalam ayat tersebut.
Jika perhiasan yang paling indah bagi seorang laki-laki adalah istri shalihah, lantas apakah perhiasan yang paling membanggakan bagi seorang perempuan? Tentang hal ini, Abu Syuqi sempat berseloroh,
“Aksesori perempuan itu adalah laki-laki sukses!”
Pernyataan ini memang sangat singkat dan sederhana, tapi implementasinya perlu perjuangan. Pertanyaan besarnya adalah, sukses macam apa yang bisa menjadi kebanggan perempuan?
– Sukses menghadirkan Allah Swt dalam hatinya
Perempuan itu suka perhiasan dan suka memamerkannya. Itulah sebabnya banyak perempuan yang memperlihatkan kecantikan, harta, dan keluarganya kepada orang lain. Pamer adalah ekspresi cinta perempuan terhadap apa yang dicintainya. Cinta terhadap diri, dipamerkanlah dirinya. Cinta terhadap suami, dipamerkanlah suaminya. Cinta terhadap anak, dipamerkanlah anaknya.
Oleh sebab itu, perempuan perlu suami yang bisa meredam kecintaanya terhadap makhluk agar tidak berlebihan. Cinta sewajarnya saja, agar Allah Swt mau masuk ke dalam hati dan bertahta di sana. Agar setelah jadi ibu, ketika anak harus menikah dengan jodohnya, tidak terlalu berat melepasnya.
Biar suatu hari, pada waktunya, ketika suami harus pergi mendahului, istri tidak terlalu sedih karena itu adalah ketetapan terbaik. Ekstrimnya, agar bila Allah Swt menghendaki suami harus poligami, tidak ada perasaan memiliki. Suami adalah titipan Allah Swt yang harus dihormati, ditaati, dan dijadikan jalan untuk semakin dekat kepada-Nya. Suami yang bisa mendidik istrinya agar lebih mencintai Allah Swt daripada mencintai dirinya, inilah lelaki sukses.
– Sukses menjadikan keluarganya sebagai keluarga Al Quran
Saat ini mulai banyak orang yang menghafal dan hafal Al Quran 30 juz, tapi di antara mereka tetap banyak yang tidak tersentuh dengan cahaya Al Quran. Kemampuan mereka menghafal Al Quran hanya berdasarkan kecerdasan yang dimiliki. Al Quran tidak sedikitpun menjadi jalan hidayah yang menjadikan hidup lebih baik.
Demikianlah Allah Swt pun memilih siapa-siapa yang layak menjadi keluarga-Nya. Keluarga yang selalu belajar dan mengajarkan Al Quran akan menjadi keluarga Allah Swt.
Laki-laki sukses adalah mereka yang dapat menjadikan keluarganya sebagai keluarga Allah Swt. Al Quran tidak hanya dibaca, dihafalkan, tapi juga dijadikan tuntunan dalam menjalani hidup. Sulit? Bukan laki-laki sukses kalau tidak menjalani fase kesulitan ini.
Keluarga yang dibangun di dunia tentu selalu diharap-harap akan dibawa dengan selamat sampai ke surga. Tantangan menjadikan keluarga sebagai keluarga Al Quran ini adalah salah satu jalan paling aman untuk memboyong keluarga ke surga. Makanya, yang mampu melakukannya hanya laki-laki yang siap sukses.
– Sukses mebangun jarak antara keluarga dan dunia
Gemerlap dunia itu indah tapi menipu. Orang yang cinta dunia hitung-hitungannya hanya dunia. Sedekah baginya bukan hal yang mudah. Harta dihadapi dengan kacamata orang miskin. Uang hanya dikumpulkan tapi tidak memberikan sedikitpun manfaat bagi diri dan orang sekitarnya.
Hutang di mana-mana hanya karena ingin dilihat punya rumah pribadi, mobil pribadi, dan segala hal yang menjadi aksesoris dunia. Jabatan diincar untuk mencari kedudukan di mata manusia. Lelaki yang demikian biasanya tidak sukses mendidik istrinya. Sang istri justru menjadi kompor yang membuatnya semakin cinta dunia.
Laki-laki yang sukses itu bisa bekerja dengan visi da’wah. Mengumpulkan harta karena ada yang harus dibela dan dipertahankan izzahnya. “Seorang muslim harus kaya, untuk menjaga kehormatan Islam dan ummat muslim.” itulah yang ada dibenaknya ketika bekerja.
Lelaki sukses itu, keluarga tercukupi, sedekah rajin, hartanya bermanfaat bukan untuk dirinya dan keluarga tapi juga untuk kepentingan ummat. Gemerlapnya dunia tidak menyentuh hatinya sedikitpun. Dengan demikian, istrinya akan terdidik untuk berjarak dengan dunia.
*Sulit sekali mendalaminya, tapi aku sangat ingin menulisnya. maaf :’)
Dibuat oleh @langitshabrina karena kepala dan hatinya yg selalu penuh keinginan dan hal-hal yg setau saya selalu baik, walau kadang galak. (?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar