Tulisan ini adalah resume dari Seminar 7 Pilar Pengasuhan oleh Ibu Elly Risman yang diselenggarakan di Bandung, 11 Maret 2017. Padatnya materi membuat resume ini perlu disajikan dalam beberapa bagian. Untuk membaca bagian-bagian selanjutnya, klik disini.
Jika ditelisik lebih dalam, permasalahan-permasalahan yang secara umum dituliskan dalam resume sebelumnya terjadi karena rapuhnya 7 Pilar Pengasuhan. Apa sajakah 7 pilar tersebut?
1. KESIAPAN MENJADI ORANGTUA
Sadarkah kita bawa ketika menjadi orangtua itu berarti bahwa kita adalah baby sitternya Allah yang dititipi anak sebagai amanah? Sayangnya, yang banyak terjadi sekarang adalah kesiapan menjadi orangtua ini menjadi tidak terpikirkan sebelum menikah, bahkan belum terpikir juga setelah menikah. Kalau begitu, wajar kiranya jika banyak sekali trial and error yang dilakukan terhadap anak. So, sejauh mana pernikahan dipersiapkan? Apa yang membuatmu memutuskan untuk menikah? Sepakat akan punya anak berapa? Berapakah jarak usia antaranak? Siapa yang akan mengasuh anak? Apakah suami dan isteri keduanya akan bekerja? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini, sebaiknya dirumuskan dan dijawab terlebih dahulu sebelum menikah. Kesiapan menjadi orangtua ini adalah bahasan yang panjang, beberapa bahasan yang sudah pernah saya dapat dari berbagai sumber (terutama NuParents) saya tuliskan disini.
2. DUAL PARENTING, AYAH HARUS TERLIBAT
Kesibukan ayah sebagai tulang punggung keluarga sedikit banyak telah menggeser esensi hubungan interaksi sosial antara anak dan ayah. Ayah bekerja lebih lama (atau bahkan sangat lama) di luar rumah sehingga seringkali tidak menjalankan perannya dengan optimal. Ayah berangkat sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari terbenam saat anak-anak sudah tertidur lelap. Ketika ayah berada di rumah, waktu yang dimiliki pun seringkali tidak dimanfaatkan secara optimal untuk kebersamaan dengan anak. Ayah tidak benar-benar hadir secara psikologis karena disibukkan oleh gadget, menonton sepak bola, membaca buku-buku bisnis dan surat kabar, mengecek e-mail klien, dll. Padahal, sudah semestinya ayah terlibat dalam pengasuhan karena pengasuhan yang optimal adalah pengasuhan yang dilakukan seimbang oleh kedua peran orangtua, yaitu ayah dan ibu. Yup, Dad is not simply a sperm donor, Dad is a part of his child’s DNA! Pada akhirnya, bukan hanya keberadaan fisik yang diinginkan oleh seorang anak, melainkan juga keberadaan peran secara emosi dan psikologis. Lebih lanjut tentang ini akan di bahas di tulisan selanjutnya, ya!
3. MENETAPKAN DAN MENYEPAKATI TUJUAN PENGASUHAN
Dalam seminar 7 Pilar Pengasuhan ini, Bunda Elly menyampaikan, “Main bola aja ada gawangnya, ada tujuannya. Masa mengasuh anak tidak ada tujuannya?” Salah satu penyebab permasalahan dalam pengasuhan anak adalah karena tujuan pengasuhan yang tidak terumuskan dengan baik dan tidak ada kesepakatan antara ayah dan ibu. Dalam menetapkannya, sebaiknya jangan ikut-ikutan dengan tujuan pengasuhan yang dimiliki oleh keluarga lain terhadap anak-anaknya karena setiap keluarga itu unik dan memiliki visi dan misinya masing-masing.
4. KOMUNIKASI BENAR, BAIK, DAN MENYENANGKAN
Berkomunikasi dengan benar berarti sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah. Berkomunikasi dengan baik berarti sesuai dengan kinerja otak. Sedangkan, berkomunikasi dengan menyenangkan berarti dapat diterima oleh perasaan karena otak pusat perasaan pada anak berkembang lebih dulu daripada bagian otak yang lainnya. Sayangnya, banyak sekali kekeliruan-kekeliruan dalam berkomunikasi yang sering kita lakukan terhadap anak dan atau orang lain dalam kehidupan sehari-hari? Apa sajakah itu? Lebih lanjut tentang ini akan di bahas di tulisan selanjutnya, ya!
5. PENANAMAN NILAI AGAMA OLEH ORANGTUA
Satu hal yang sangat saya ingat dari nasehat Bunda Elly terkait hal ini adalah bahwa pengasuhan anak tidak bisa dilakukan dengan benar jika kita sebagai orangtua tidak memiliki rasa takut kepada Allah. Mengapa demikian? Sebab, target terakhir dalam mengasuh anak bukanlah menjadikan anak tersebut sukses, melainkan menjadikannya sebagai hamba Allah yang bertakwa. Tapi, apa yang terjadi sekarang? Pendidikan agama disubkontrakkan pada sekolah, guru, atau bahkan taman pendidikan agama. Padahal, yang di akhirat kelak akan dimintai pertanggungjawaban tentang pengasuhan anak dan penanaman nilai-nilai tauhid adalah orangtua dari anak tersebut, bukan guru, sekolah, atau orang lain.
6. PERSIAPAN MASA BALIGH
Persiapan masa baligh adalah sesuatu yang tidak umum untuk dilakukan di masyarakat kita. Kebanyakan orangtua menganggap bahwa anak akan siap dengan sendirinya. Padahal, apa yang terjadi jika anak tidak siap menghadapi masa remaja? (1) anak tidak akan mengerti perbedaan seks dan seksualitas; (2) anak tidak akan paham mengapa Allah memerintahkan untuk menundukkan pandangan; dan yang paling parah (3) anak bisa aktif secara seksual karena kurangnya penanaman pemahaman.
7. BIJAK BERTEKNOLOGI
Kehidupan kita di era digital sekarang ini tidak bisa terlepas dari gadget. Di era ini, perkembangan teknologi digital terus terjadi sehingga memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap bagaimana kita menjalani keseharian. Di usianya yang masih berbilang satuan, anak-anak sekarang bahkan sudah sangat akrab dengan penggunaan media sosial. Pada akhirnya, era digital ini memang seperti dua mata pisau yang memuat manfaat positif di satu sisi dan juga memuat hal negatif di sisi yang lain. Jika anak tidak diajarkan untuk bijak berteknologi, bisa dibayangkan kan apa yang akan terjadi.
Tujuh Pilar Pengasuhan ini harus ada secara utuh dan menyeluruh, tidak bisa hanya single factor saja. Sebagai orangtua dan calon orangtua, kita memiliki pilihan untuk menyelamatkan anak-anak dan generasi mendatang dari The Exit Door dengan mengokohkan 7 Pilar Pengasuhan ini agar tidak rapuh.
Bagaimana caranya?
__________
Bersambung ke tulisan selanjutnya …
Source : Novieocktavia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar